web stats

Tuesday, May 6, 2014

TEORI MEMBACA



Model teori membaca lahir dari perspekif bagaimana makna diangkat dari bacaan. Inti proses membaca adalah seseorang berusaha memahami isi pesan penulis yang tertuang dalam bacaan.
Pemeroleh makna berangkat dari beragam sudut. Dari sudut itulah pandangan para ahli dibezakan. Ada tiga pandangan tentang bagaimana makna diperoleh yang melahirkan tiga model teori membaca. Tiga model teori itu antara lain:

1. Model Teori Bottom-Up


Memandang bahawa bahasa yang mewadahi teks menentukan pemahaman. Secara fizik, ketika orang melakukan kegiatan membaca, yang dipandang adalah halaman-halaman bacaan yang posisinya di bawah (kecuali membaca sambil tidur). Secara literal, bottom-up bererti dari bawah ke atas. Maksudnya, makna itu berasal dari bawah (teks) menuju ke atas (otak/kepala). Secara harfiah, menurut teori ini teks-lah yang menentukan pemahaman.

Inti proses membaca menurut teori ini adalah proses pengekodan kembali simbol tuturan tertulis (Harris & Sipay, 1980). Membaca dalam proses bottom-up merupakan proses yang melibatkan ketepatan, perincian, dan rangkaian persepsi dan identifikasi huruf-huruf, kata-kata, pola ejaan, dan unit bahasa lainnya.
Tugas utama pembaca menurut teori ini adalah mengkaji lambang-lambang yang tertulis menjadi bunyi-bunyi bahasa (Harjasuna, 1996)
Brown (2001) menyatakan bahawa pada proses bottom-up membaca terlebih dahulu mengetahui berbagai tanda linguistik, seperti huruf, morfem, suku kata, kata-kata frasa, petunjuk gramatikal dan tanda wacana, kemudian menggunakan mekanisme pemprosesan yang masuk akal, koheren dan bermakna.
Agar bisa memahami bacaan pada teori ini, pembaca membutuhkan keterampilan yang berhubungan dengan lambang bahasa yang digunakan dalam teks.


2. Model Teori Top-Down
Teori ini dikenal sebagai model psikolinguistik dalam membaca dan teori ini dikembangkan oleh Goodman (1976). Model ini memandang kegiatan membaca sebagai bagian dari proses pengembangan skema seseorang yakni pembaca secara stimultan (terus-menerus) menguji dan menerima atau menolak hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses membaca berlangsung.
Pada model ini, informasi grafik hanya digunakan untuk mendukung hipotesis tentang makna. Pembaca tidak banyak lagi membutuhkan informasi grafik dari bacaan karena mereka telah memiliki modal bacaan sendiri untuk mengerti bacaan.
Proses membaca model ini dimulai dengan hipotesis kemudian dikelaskan dengan menggunakan stimulus yang berupa tulisan yang ada pada teks.
Inti dari model teori Top-down adalah pembaca memulai proses pemahaman teks dari paparan yang lebih tinggi. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya,
Untuk membantu pemahaman dengan menggunakan teori ini, pembaca menggunakan strategi yang didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, ertinya untuk mendapatkan makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi berbahasa yang ia miliki. Jadi, kompetensi berbahasa dan pengetahuan tentang apa saja memainkan peran penting dalam membentuk makna bacaan.
Jadi menurut teori Top-down dapat disimpulkan bahawa pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan.
3.Model Teori Interaktif
Model ini merupakan kombinasi antara pemahaman model Top-Down dan model Bottom-Up. Pada model interaktif, pembaca mengambil pendekatan top-down untuk memprediksi makna, kemudian beralih ke pendekatan bottom-up untuk menguji apakah hal itu benar-benar dikatakan oleh penulis. Ertinya, kedua model tersebut terjadi secara stimultan pada saat membaca.
Penganut teori ini memandang bahawa kegiatan membaca merupakan suatu interaksi antara pembaca dengan teks. Dengan teori itu, dijelaskan bagaimana seorang pembaca menguasai, menyimpan dan mempergunakan pengetahuan dalam format skemata. Kegiatan membaca adalah proses membuat hubungan yang bererti bagi informasi baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya (skemata).

Menurut pandangan interaktif, membaca di awali dengan formulasi tentang hipotesis tentang makna, kemudian dilanjutkan dengan menguraikan makna huruf, kata, dan kalimat dalam bacaan. Model interaktif adalah model membaca yang menggunakan secara serentak antara pengetahuan informasi grafik dan informasi yang ada dalam pikiran pembaca.

Proses membaca menurut pandangan interaktif adalah proses intelektual yang kompleks, mencakup dua kemampuan utama, iaitu kemampuan memahami makna kata dan kemampuan berfikir tentang konsep verbal (Rubin, 1982). Pendapat ini mengisyaratkan bahawa ketika proses membaca berlangsung, terjadi konsentrasi dua arah pada fikiran pembaca dalam waktu yang bersamaan. Dalam melakukan aktiviti membaca, pembaca secara aktif memberi respon dan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh penulis. Selain itu, pembaca dituntut untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya atau makna yang ingin disampaikan oleh penulis melalui teks yang dibacanya.

No comments:

Post a Comment