Model teori membaca lahir dari perspekif bagaimana makna diangkat dari bacaan. Inti proses membaca adalah seseorang berusaha memahami isi pesan penulis yang tertuang dalam bacaan.
Pemeroleh makna berangkat dari beragam
sudut. Dari sudut itulah pandangan para ahli dibezakan. Ada tiga pandangan
tentang bagaimana makna diperoleh yang melahirkan tiga model teori membaca.
Tiga model teori itu antara lain:
Memandang bahawa bahasa yang mewadahi
teks menentukan pemahaman. Secara fizik, ketika orang melakukan kegiatan
membaca, yang dipandang adalah halaman-halaman bacaan yang posisinya di bawah
(kecuali membaca sambil tidur). Secara literal, bottom-up bererti dari bawah ke
atas. Maksudnya, makna itu berasal dari bawah (teks) menuju ke atas
(otak/kepala). Secara harfiah, menurut teori ini teks-lah yang menentukan
pemahaman.
Inti proses membaca menurut teori ini
adalah proses pengekodan kembali simbol tuturan tertulis (Harris & Sipay, 1980).
Membaca dalam proses bottom-up merupakan proses yang melibatkan ketepatan,
perincian, dan rangkaian persepsi dan identifikasi huruf-huruf, kata-kata, pola
ejaan, dan unit bahasa lainnya.
Tugas utama pembaca menurut teori ini
adalah mengkaji lambang-lambang yang tertulis menjadi bunyi-bunyi bahasa
(Harjasuna, 1996)
Brown (2001) menyatakan bahawa pada
proses bottom-up membaca terlebih dahulu mengetahui berbagai tanda linguistik,
seperti huruf, morfem, suku kata, kata-kata frasa, petunjuk gramatikal dan tanda
wacana, kemudian menggunakan mekanisme pemprosesan yang masuk akal, koheren dan
bermakna.
Agar bisa memahami bacaan pada teori
ini, pembaca membutuhkan keterampilan yang berhubungan dengan lambang bahasa
yang digunakan dalam teks.
2. Model Teori Top-Down
Teori ini dikenal sebagai model
psikolinguistik dalam membaca dan teori ini dikembangkan oleh Goodman (1976).
Model ini memandang kegiatan membaca sebagai bagian dari proses pengembangan
skema seseorang yakni pembaca secara stimultan (terus-menerus) menguji dan
menerima atau menolak hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses membaca
berlangsung.
Pada model ini, informasi grafik hanya
digunakan untuk mendukung hipotesis tentang makna. Pembaca tidak banyak lagi
membutuhkan informasi grafik dari bacaan karena mereka telah memiliki modal
bacaan sendiri untuk mengerti bacaan.
Proses membaca model ini dimulai dengan
hipotesis kemudian dikelaskan dengan menggunakan stimulus yang berupa tulisan
yang ada pada teks.
Inti dari model teori Top-down adalah
pembaca memulai proses pemahaman teks dari paparan yang lebih tinggi. Pembaca
memulai tahapan membacanya dengan membaca prediksi-prediksi,
hipotesis-hipotesis, dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan,
bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya,
Untuk membantu pemahaman dengan
menggunakan teori ini, pembaca menggunakan strategi yang didasarkan pada
penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, ertinya untuk mendapatkan makna
bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi
berbahasa yang ia miliki. Jadi, kompetensi berbahasa dan pengetahuan tentang
apa saja memainkan peran penting dalam membentuk makna bacaan.
Jadi menurut teori Top-down dapat
disimpulkan bahawa pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan
sebagai dasar dalam memahami bacaan.
3.Model Teori Interaktif
Model ini merupakan kombinasi antara
pemahaman model Top-Down dan model Bottom-Up. Pada model interaktif, pembaca
mengambil pendekatan top-down untuk memprediksi makna, kemudian beralih ke
pendekatan bottom-up untuk menguji apakah hal itu benar-benar dikatakan oleh
penulis. Ertinya, kedua model tersebut terjadi secara stimultan pada saat
membaca.
Penganut teori ini memandang bahawa
kegiatan membaca merupakan suatu interaksi antara pembaca dengan teks. Dengan
teori itu, dijelaskan bagaimana seorang pembaca menguasai, menyimpan dan
mempergunakan pengetahuan dalam format skemata. Kegiatan membaca adalah proses
membuat hubungan yang bererti bagi informasi baru dengan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya (skemata).
Menurut pandangan interaktif, membaca di awali dengan formulasi tentang hipotesis tentang makna, kemudian dilanjutkan dengan menguraikan makna huruf, kata, dan kalimat dalam bacaan. Model interaktif adalah model membaca yang menggunakan secara serentak antara pengetahuan informasi grafik dan informasi yang ada dalam pikiran pembaca.
Proses membaca menurut pandangan
interaktif adalah proses intelektual yang kompleks, mencakup dua kemampuan
utama, iaitu kemampuan memahami makna kata dan kemampuan berfikir tentang
konsep verbal (Rubin, 1982). Pendapat ini mengisyaratkan bahawa ketika proses
membaca berlangsung, terjadi konsentrasi dua arah pada fikiran pembaca dalam
waktu yang bersamaan. Dalam melakukan aktiviti membaca, pembaca secara aktif
memberi respon dan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh
penulis. Selain itu, pembaca dituntut untuk dapat mengungkapkan makna yang
terkandung di dalamnya atau makna yang ingin disampaikan oleh penulis melalui
teks yang dibacanya.
No comments:
Post a Comment